Teori Humanistik
Beberapa psikolog pada waktu yang
sama tidak menyukai uraian aliran psikodinamika dan behaviouristik tentang
kepribadian. Mereka merasa bahwa teori-teori ini mengabaikan kualitas yang
menjadikan manusia itu berbeda dari binatang, seperti misalnya mengupayakan
dengan keras untuk menguasai diri dan merealisasi diri. Di tahun 1950-an,
beberapa psikolog aliran ini mendirikan sekolah psikologi yang disebut dengan
humanisme.
Psikolog humanistik mencoba untuk
melihat kehidupan manusia sebagaimana manusia melihat kehidupan mereka. Mereka
cenderung untuk berpegang pada prespektif optimistik tentang sifat alamiah
manusia. Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan
rasional untuk dalam mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih
potensi maksimal mereka. Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab
terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk
mengubah sikap dan perilaku mereka.
Dua psikolog, Abraham Maslow dan
Carl Rogers, sangat terkenal dengan teori humanistik mereka.
Teori Abraham Maslow
Tahapan tertinggi dalam tangga
hierarki motivasi manusia dari Abaraham Maslow adalah kebutuhan akan
aktualisasi diri. Maslow mengatakan bahwa manusia akan berusaha keras untuk
mendapatkan aktualisasi diri mereka, atau realisasi dari potensi diri manusia
seutuhnya, ketika mereka telah meraih kepuasan dari kebutuhan yang lebih
mendasarnya. Teori hierarki kebutuhan Maslow digambarkan pada halaman 247.
Maslow juga mengutarakan
penjelasannya sendiri tentang kepribadian manusia yang sehat. Teori
psikodinamika cenderung untuk didasarkan pada studi kasus klinis maka dari itu
akan sangat kurang dalam penjelasannya tentang kepribadian yang sehat. Untuk
sampai pada penjelasan ini, Maslow mengkaji tokoh yang sangat luar biasa,
Abaraham Lincoln dan Eleanor Roosevelt, sekaligus juga gagasan-gagasan
kontemporernya yang dipandang mempunyai kesehatan mental yang sangat luar
biasa.
Maslow menggambarkan beberapa
karakteristik yang ada pada manusia yang mengaktualisasikan dirinya:
·
Kesadaran dan penerimaan terhadap diri sendiri
·
Keterbukaan dan spontanitas
·
Kemampuan untuk menikmati pekerjaan dan
memandang bahwa pekerjaan merupakan sesuatu misi yang harus dipenuhi
·
Kemampuan untuk mengembangkan persahabatan yang
erat tanpa bergantung terlalu banyak pada orang lain
·
Mempunyai selera humor yang bagus
·
Kecenderungan untuk meraik pengalaman puncak
yang memuaskan secara spiritual maupun emosional
Teori Pribadi Terpusat Manusia dari Carl Rogers
Carl Rogers, seorang psikolog
humanistik lainnya, mengutarakan sebuah teori yang disebut dengan teori pribadi
terpusat. Seperti halnya Freud, Rogers menjelaskan berdasarkan studi kasus
klinis untuk mengutarakan teorinya. Dia juga mengembangkan gagasan dari Maslow
serta ahli teori lainnya. Dalam pandangan Rogers, konsep diri merupakan hal
terpenting dalam kepribadian, dan konsep diri ini juga mencakup kesemua aspek
pemikiran, perasaan, serta keyakinan yang disadari oleh manusia dalam konsep
dirinya.
Kongruensi dan Inkongruensi
Rogers mengatakan bahwa konsep
diri manusia seringkali tidak tepat secara sempurna dengan realitas yang ada.
Misalnya, seseorang mungkin memandang dirinya sebagai orang yang sangat jujur
namun kenyataannya seringkali berbohong kepada atasannya tentang alasan mengapa
dia datang terlambat. Rogers menggunakan istilah inkongruensi
(ketidaksejajaran) untuk mengacu pada kesenjangan antara konsep diri dengan
realitas. Di sisi lain, kongruensi, merupakan kesesuaian yang sangat akurat
antara konsep diri dengan realitas.
Menurut Rogers, para orang tua
akan memacu adanya inkongruensi ini ketika mereka memberikan kasih sayang yang
kondisional kepada anak-anaknya. Orang tua akan menerima anaknya hanya jika
anak tersebut berperilaku sebagaimana mestinya, anak tersebut akan mencegah
perbuatan yang dipandang tidak bisa diterima. Disisi lain, jika orang tua
menunjukkan kasih sayang yang tidak kondisional, maka si anak akan bisa
mengembangkan kongruensinya. Remaja yang orang tuanya memberikan rasa kasih
sayang kondisional akan meneruskan kebiasaan ini dalam masa remajanya untuk
mengubah perbuatan agar dia bisa diterima di lingkungan.
Dampak dari Inkongruensi
Rogers brefikir bahwa manusia
akan merasa gelisah ketika konsep diri mereka terancam. Untuk melindungi diri
mereka dari kegelisahan tersebut, manusia akan mengubah perbuatanny sehingga
mereka masih akan tetap mampu berpegang pada konsep diri mereka. Manusia dengan
tingkat inkongruensi yang lebih tinggi akan merasa sangat gelisah karena
realitas selalu mengancam konsep diri mereka secara terus menerus.
Contoh:
Erin yakin bahwa dia merupakan
orang yang sangat dermawan, sekalipun dia seringkali sangat pelit dengan
uangnya dan biasanya hanya memberikan tips yang sedikit atau bahkan tidak
memberikan tips sama sekali saat di restauran. Ketika teman makan malamnya
memberikan komentar pada perilaku pemberian tipsnya, dia tetap bersikukuh bahwa
tips yang dia berikan itu sudah layak dibandingkan pelayanan yang dia terima.
Dengan memberikan atribusi perilaku pemberian tipsnya pada pelayanan yang
buruk, aka dia dapat terhindar dari kecemasan serta tetap menjaga konsep
dirinya yang katanya dermawan.
Kritik pada Teori Humanistik
Teori humanistik mempunyai
pengaruh yang signifikan pada ilmu psikologi dan budaya populer. Sekarang ini banyak
psikolog yang menerima gagasan ini ketika teori tersebut membahas tentang
kepribadian, pengalaman subjektif manusi mempunyai bobot yang lebih tinggi
daripada relitas objektif. Psikolog humanistik yang terfokus pada manusia
sehatm daripada manusia yang bermasalah, juga telah menjadi suatu kontribusi
yang bermanfaat.
Meskipun demikian, kritik dari
teori humanistik tetap mempunyai beberapa argumentasi:
·
Teori humanistik terlalu optimistik secara naif
dan gagal untuk memberikan pendekatan pada sisi buruk dari sifat alamiah
manusia
·
Teori humanistik, seperti halnya teori
psikodinamik, tidak bisa diuji dengan mudah
·
Banyak konsep dalam psikologi humanistik,
seperti misalnya orang yang telah berhasil mengaktualisasikan dirinya, ini
masih buram dan subjektif. Beberapa kritisi menyangkal bahwa konsep ini bisa
saja mencerminkan nilai dan idealisme Maslow sendiri.
·
Psikologi humanistik mengalami pembiasan
terhadap nilai individualistis
Pergeseran Teori
Kontruktivisme Menuju Teori Humanisme
Menurut Teori Konstruktivisme seseorang harus membangun sendiri
pengetahuannya secara aktif. Penekanan Teori Konstruktivisme adalah proses
internal yang terjadi di dalam struktur kognitif individu yang belajar.
Sedangkan Humanisme adalah istilah umum untuk berbagai jalan pikiran yang
berbeda yang memfokuskan dirinya ke jalan keluar umum dalam masalah-masalah
atau isu-isu yang berhubungan dengan manusia.
Dalam teori belajar
konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja
dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara
mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang
dimilikinya. Siswa tidak diharapkan sebagai wadah yang siap diisi dengan
berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru. Adapun implikasi dari
teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan anak (Poedjiadi, 1999: 63)
adalah sebagai berikut:
·
Tujuan
pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan
individuatau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap
persoalan yang dihadapi.
·
Kurikulum
dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan
pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu,
latihan memcahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan
menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.
·
Peserta
didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi
dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang
membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri
peserta didik.
Dalam teori ini bertujuan untuk memberikan motivasi untuk siswa bahwa
belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri, mengembangkan kemampuan siswa
untuk mengejukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya, membantu siswa
untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap,
mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri, dan lebih
menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
Sedangkan teori humanistik memandang manusia sebagai ”manusia”, yakni
makhluk ciptaan Tuhan dengan fitrah-fitrah tertentu. Sebagai makhluk hidup ia harus melangsungkan, mempertahankan, dan mengembangkan hidup. Sebagai
makhluk batas (antara hewan dan malaikat), ia memiliki sifat-sifat kehewanan
(nafsu-nafsu rendah) dan sifat-sifat kemalaikatan (budi luhur), sebagai makhluk
dilematik ia selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan dalam hidupnya; sebagai
makhluk moral, ia bergulat dengan nilai-nilai. Sebagai makhluk pribadi, ia
memiliki kekuatan konstruktif dan destruktif. Sebagai makhluk sosial, ia
memiliki hak-hak sosial.
Aplikasi teori humanistik lebih menuju pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para
siswa sedangkan guru memberi motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam
kehidupan siswa. Siswa kini diposisikan sebagai mitra belajar guru. Guru bukan
satu-satunya pusat informasi dan yang paling tahu. Guru hanya salah satu sumber
belajar atau sumber informasi. Sedangkan sumber belajar yang lain bisa teman
sebaya, perpustakaan, alam, laboratorium, televisi, koran dan internet.
Jadi dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran yang mengacu kepada
Teori humanisme lebih menjanjikan,agar para siswa dapat bertahan dan mampu
bersaing di era globalisasi ini berdasarkan hasil-hasil penelitian yang membandingkan
keduanya.
Pengertian humanistik yang beragam membuat
batasan-batasan aplikasinya dalam dunia pendidikan mengundang berbagai macam
arti pula. Sehingga perlu adanya satu pengertian yang disepakati mengenai kata
humanistik dala pendidikan. Dalam artikel “What is Humanistik Education?”,
Krischenbaum menyatakan bahwa sekolah, kelas, atau guru dapat dikatakan
bersifat humanistik dalam beberapa kriteria. Hal ini menunjukkan bahwa ada
beberapa tipe pendekatan humanistik dalam pendidikan. Ide mengenai
pendekatan-pendekatan ini terangkum dalam psikologi humanistik.
Dalam artikel
“some educational implications of the Humanistic Psychologist” Abraham Maslow
mencoba untuk mengkritisi teori Freud dan behavioristik. Menurut Abraham, yang
terpenting dalam melihat manusia adalah potensi yang dimilikinya. Humanistik
lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia daripada berfokus pada
“ketidaknormalan” atau “sakit” seperti yang dilihat oleh teori psikoanalisa
Freud. Pendekatan ini melihat kejadian setelah “sakit” tersebut sembuh, yaitu
bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif.
Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para
pendidik yang beraliran humanistik biasanya memfokuskan penganjarannya pada
pembangunan kemampuan positif ini.
Kemampuan positif disini
erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain
afektif, misalnya ketrampilan membangun dan menjaga relasi yang hangat dengan
orang lain, bagaimana mengajarkan kepercayaan, penerimaan, keasadaran, memahami
perasaan orang lain, kejujuran interpersonal, dan pengetahuan interpersonal
lainnya. Intinya adalah meningkatkan kualitas ketrampilan interpersonal dalam
kehidupan sehari-hari.
Selain menitik
beratkan pada hubungan interpersonal, para pendidikan yang beraliran humanistik
juga mencoba untuk membuat pembelajaran yang membantu anak didik untuk
meningkatkan kemampuan dalam membuat, berimajinasi, mempunyai pengalaman,
berintuisi, merasakan, dan berfantasi. Pendidik humanistik mencoba untuk
melihat dalam spektrum yang luas mengenai perilaku manusia. “Berapa banyak hal
yang bisa dilakukan manusia? Dan bagaimana aku bisa membantu mereka untuk
melakukan hal-hal tersebut dengan lebih baik?
Melihat hal-hal
yang diusahakankan oleh para pendidik humanistik, tampak bahwa pendekatan ini
mengedepankan pentingnya emosi dalam dunia pendidikan. Freudian melihat emosi
sebagai hal yang mengganggu perkembangan, sementara humanistik melihat
keuntungan pendidikan emosi. Jadi bisa dikatakan bahwa emosi adalah
karakterisitik yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran
humanistik. Karena berpikir dan merasakan saling beriringan, mengabaikan
pendidikan emosi sama dengan mengabaikansalah satu potensi terbesar
manusia. Kita dapat belajar menggunakan emosi kita dan mendapat keuntungan dari
pendekatan humanistik ini sama seperti yang kita dapatkan dari pendidikan yang
menitikberatkan kognisi.
Berbeda dengan
behaviorisme yang melihat motivasi manusia sebagai suatu usaha untuk memenuhi
kebutuhan fisiologis manuisa atau dengan freudian yang melihat motivasi sebagai
berbagai macam kebutuhan seksual, humanistik melihat perilaku manusia sebagai
campuran antara motivasi yang lebih rendah atau lebih tinggi. Hal ini
memunculkan salah satu ciri utama pendekatan humanistik, yaitu bahwa yang dilihat
adalah perilaku manusia, bukan spesies lain. Akan sangat jelas perbedaan antara
motivasi manusia dan motivasi yang dimiliki binatang. Hirarki kebutuhan
motivasi maslow menggambarkan motivasi manusia yang berkeinginan untuk bersama
manusia lain, berkompetensi, dikenali, aktualisasi diri sekaligus juga
menggambarkan motovasi dalam level yang lebih rendah seperti kebutuhan
fisiologis dan keamanan.
Menurut aliran
humanistik, para pendidik sebaiknya melihat kebutuhan yang lebih tinggi dan
merencanakan pendidikan dan kurikukum untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini.
Beberapa psikolog humanistik melihat bahwa manusia mempunyai keinginan alami
untuk berkembang, untuk lebih baik, dan juga belajar. Jadi sekoah harus
berhati-hati supaya tidak membunuh insting ini dengan memaksakan anak belajar
sesuatu sebelum mereka siap. Jadi bukan hal yang benar apabila anak dipaksa
untuk belajar sesuatu sebelum mereka siap secara fisiologis dan juga punya
keinginan. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator yang membantu
siswa untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi, bukan sebagai
konselor seperti dalam Freudian ataupun pengelola perilaku seperti pada
behaviorisme.
Secara singkatnya,
penedekatan humanistik dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif.
Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan
kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini
mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri yang
ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga
masyarakat. Ketrampilan atau kemampuan membangun diri secara positif ini
menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan
keberhasilan akademik.
Dalam teori
belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha
agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya.
Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang
pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Tujuan utama para
pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu
masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang
unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Berikut adalah
para tokoh dalam aliran psikologi humanistik. 3 tokoh aliran humanistik akan
disinggung, namun demikian tokoh humanistik yang menjadi fokus dalam paper ini
adalah Carl Rogers.
Bersama dengan
Donald Snygg (1904-1967) mereka mencurahkan banyak perhatian pada dunia
pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering
digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa
memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan
mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi
karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting
mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah
dati ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan
memberikan kepuasan baginya.
Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya.
Padahal arti
tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah
bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi
pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.
Combs memberikan
lukisan persepsi dir dan dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan
kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari
persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Makin jauh
peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap
perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin
mudah hal itu terlupakan.
Teori Maslow didasarkan pada asumsi
bahwa di dalam diri individu ada dua hal :
(1) suatu usaha yang positif untuk berkembang
(1) suatu usaha yang positif untuk berkembang
(2) kekuatan untuk
melawan atau menolak perkembangan itu.
Maslow
mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan
yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai
perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk
mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan
sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih
maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke
arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat
menerima diri sendiri(self).
Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan
(needs) manusia menjadi tujuh hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi
kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat menginginkan
kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan ras aman dan
seterusnya. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi
yang penting yang harus diperharikan oleh guru pada waktu ia mengajar
anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini mungkin
berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.
Carl Ransom Rogers (1902-1987)
lahir di Oak Park, Illinois pada tanggal 8 Januari 1902 di sebuah keluarga
Protestan yang fundamentalis. Kepindahan dari kota ke daerah pertanian
diusianya yang ke-12, membuat ia senang akan ilmu pertanian. Ia pun belajar
pertanian di Universitas Wisconsin. Setelah lulus pada tahun 1924, ia masuk ke
Union Theology Seminary di Big Apple dan selama masa studinya ia juga menjadi
seorang pastor di sebuah gereja kecil. Meskipun belajar di seminari, ia malah
ikut kuliah di Teacher College yang bertetangga dengan seminarinya.
Tahun 1927, Rogers
bekerja di Institute for Child Guindance dan mengunakan psikoanalisa Freud
dalam terapinya meskipun ia sendiri tidak menyetujui teori Freud. Pada masa
ini, Rogers juga banyak dipengaruhi oleh Otto Rank dan John Dewey yang
memperkenalkan terapi klinis. Perbedaan teori yang didapatkannya justru
membuatnya menemukang benang merah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan
teorinya kelak.
Tahun 1957, Rogers
pindah ke Universitas Wisconsin untuk mengembangkan idenya tentang psikiatri.
Setelah mendapat gelar doktor, Rogers menjadi profesor psikologi di Universitas
Universitas Negeri Ohio. Kepindahan dari lingkungan klinis ke lingkungan
akademik membuat Rogers mengembangkan metode client-centered psychotherapy.
Disini dia lebih senang menggunakan istilah klien terhadap orang yang
berkonsultasi dibandingkan memakai istilah pasien. Rogers membedakan dua tipe
belajar, yaitu:
-
- Kognitif
(kebermaknaan)
- experiential
( pengalaman atau signifikansi)
Kecewa karena
tidak bisa menyatukan psikiatri dengan psikolog, Rogers pindah ke California
tahun 1964 dan bergabung dengan Western Behavioral Science Institute. Ia lalu
mengembangkan teorinya ke bidang pendidikan. Selain itu ia banyak memberikan workshop
di Hongaria, Brazil, Afrika Selatan, dan bahkan ke eks Uni Soviet. Rogers
wafat pada tanggal 4 Februari 1987.
Meskipun teori
yang dikemukan Rogers adalah salah satu dari teori holistik, namun keunikan
teori adalah sifat humanis yang terkandung didalamnya. Teori humanistik Rogers
pun menpunyai berbagai nama antara lain : teori yang berpusat pada pribadi (person
centered), non-directive, klien (client-centered), teori yang
berpusat pada murid (student-centered), teori yang berpusat
pada kelompok (group centered), dan person to person). Namun
istilah person centered yang sering digunakan untuk teori Rogers.
Rogers menyebut teorinya bersifat
humanis dan menolak pesimisme suram dan putus asa dalam psikoanalisis serta
menentang teori behaviorisme yang memandang manusia seperti robot. Teori
humanisme Rogers lebih penuh harapan dan optimis tentang manusia karena manusia
mempunyai potensi-potensi yang sehat untuk maju. Dasar teori ini sesuai dengan
pengertian humanisme pada umumnya, dimana humanisme adalah doktrin, sikap, dan
cara hidup yang menempatkan nilai-nilai manusia sebagai pusat dan menekankan
pada kehormatan, harga diri, dan kapasitas untuk merealisasikan diri untuk
maksud tertentu.
Asumsi dasar teori Rogers adalah:
-
Kecenderungan formatif
Segala hal di dunia baik organik maupun non-organik tersusun dari
hal-hal yang lebih kecil.
-
Kecenderungan aktualisasi
Kecenderungan setiap makhluk hidup untuk bergerak menuju ke kesempurnaan
atau pemenuhan potensial dirinya. Tiap individual mempunyai kekuatan yang
kreatif untuk menyelesaikan masalahnya.
Sejak awal Rogers mengamati bagaimana kepribadian berubah dan
berkembang, dan ada tiga konstruk yang menjadi dasar penting dalam teorinya:
Organisme, Medan fenomena, dan self.
1. Organisme
Pengertian organisme mencakup tiga hal:
- mahkluk
hidup
organisme adalah mahkluk lengkap dengan fungsi fisik dan psikologisnya
dan merupakan tempat semua pengalaman, potensi yang terdapat dalam kesadaran
setiap saat, yakni persepsi seseorang mengenai kejadian yang terjadi dalam diri
dan dunia eksternal
- Realitas
Subyektif
Oranisme menganggap dunia seperti yang dialami dan diamatinya. Realita
adalah persepsi yang sifatnya subyektif dan dapat membentuk tingkah laku.
- Holisme
Organisme adalah satu kesatuan sistem, sehingga perubahan dalam satu
bagian akan berpengaruh pada bagian lain. Setiap perubahan memiliki makna
pribadi dan bertujuan, yaitu tujuan mengaktualisasi, mempertahankan, dan
mengembangkan diri.
2. Medan Fenomena
Medan fenomena adalah keseluruhan pengalaman, baik yang internal maupun
eksternal, baik disadari maupun tidak disadari. Medan fenomena ini merupakan
seluruh pengalaman pribadi seseorang sepanjang hidupnya di dunia, sebagaimana
persepsi subyektifnya.
3. Diri
Konsep diri mulai terbentuk mulai
masa balita ketika potongan-potongan pengalaman membentuk kepribadiannya dan
menjadi semakin mawas diri akan identitas dirinya begitu bayi mulai
belajar apa yang terasa baik atau buruk, apa ia merasa nyaman atau tidak. Jika
struktur diri itu sudah terbentuk, maka aktualisasi diri mulai terbentuk.
Aktualisasi diri adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan sang diri
sebagai mana yang dirasakan dalam kesadaran. Sehingga kecenderungan aktualisasi
tersebut mengacu kepada pengalaman organik individual, sebagai suatu kesatuan
yang menyeluruh, akan kesadaran dan ketidak-sadaran, psikis dan kognitif.
Diri dibagi atas 2 subsistem :
· Konsep diri yaitu penggabungan seluruh aspek
keberadaan dan pengalaman seseorang yang disadari oleh individual (meski tidak
selalu akurat).
· Diri ideal yaitu cita-cita seseorang akan
diri.
Terjadinya kesenjangan antara akan
menyebabkan ketidak-seimbangan dan kepribadian menjadi tidak sehat.
Menurut Carl Rogers ada bebeapa hal yang mempengaruhi Self, yaitu:
Kesadaran
Tanpa adanya kesadaran, maka konsep diri dan diri ideal tidak akan ada.
Ada 3 tingkat kesadaran.
-
Pengalaman yang dirasakan dibawah ambang sadar akan
ditolak atau disangkal.
-
Pengalaman yang dapat diaktualisasikan secara simbolis
akan secara langsung diakui oleh struktur diri.
-
Pengalaman yang dirasakan dalam bentuk distorsi. Jika
pengalaman yang dirasakan tidak sesuai dengan diri (self), maka dibentuk
kembali dan didistorsikan sehingga dapat diasimilasikan oleh konsep diri.
Kebutuhan
-
Pemeliharaan
Pemeliharaan tubuh organismik dan pemuasannya akan makanan, air, udara,
dan keamanan , sehingga tubuh cenderung ingin untuk statis dan menolak untuk
berkembang.
-
Peningkatan diri
Meskipun tubuh menolak untuk berkembang, namun diri juga mempunyai
kemampuan untuk belajar dan berubah.
-
Penghargaan positif (positive regard)
Begitu kesadaran muncul, kebutuhan untuk dicintai, disukai, atau
diterima oleh orang lain.
-
Penghargaan diri yang positif (positive self-regard)
Berkembangannya kebutuhan akan penghargaan diri (self-regard)
sebagai hasil dari pengalaman dengan kepuasan atau frustasi. Diri akan
menghindari frustasi dengan mencari kepuasan akan positive self-regard.
Stagnasi Psikis
Stagnasi psikis terjadi bila :
- ada ketidak seimbangan antara konsep diri dengan pengalaman yang dirasakan
oleh diri organis.
- Ketimpangan yang semakin besar antara konsep diri dengan pengalaman organis
membuat seseorang menjadi mudah terkena serangan. Kurang akan kesadaran diri
akan membuat seseorang berperilaku tidak logis, bukan hanya untuk orang lain
namun juga untuk dirinya.
- Jika kesadaran diri tersebut hilang, maka muncul kegelisahan tanpa sebab
dan akan memuncak menjadi ancaman.
Untuk mencegah tidak konsistennya
pengalaman organik dengan konsep diri, maka perlu diadakan pertahanan diri dari
kegelisahan dan ancaman adalah penyangkalan dan distorsi terhadap
pengalaman yang tidak konsisten. Distorsi adalah salah interpretasi pengalaman
dengan konsep diri, sedangkan penyangkalan adalah penolakan terhadap pengalaman.
Keduanya menjaga konsistensi antara pengalaman dan konsep diri supaya
berimbang.
Cara pertahanan
adalah karakteristik untuk orang normal dan neurotik. Jika seseorang gagal
dalam menerapkan pertahanan tersebut, maka individu akan menjadi tidak
terkendali atau psikotik. Individu dipaksakan untuk menerima keadaan yang tidak
sesuai dengan konsep dirinya terus menerus dan akhirnya konsep dirinya menjadi
hancur. Perilaku tidak terkendali ini dapat muncul mendadak atau dapat pula
muncul bertahap.
1. Penerimaan Positif (Positive Regard) → Orang
merasa puas menerima regard positif, kemudian juga merasa puas dapat memberi
regard positif kepada orang lain.
2. Konsistensi
dan Salingsuai Self (Self Consistensy and Congruence) → organisme
berfungsi untuk memelihara konsistensi (keajegkan = keadaan tanpa konflik )
dari persepsi diri, dan kongruen (salingsuai) antara persepsi self dengan
pengalaman.
3. Aktualisasi
Diri (Self Actualization) → Freud memandang
organisme sebagai sistem energi, dan mengembangkan teori bagaimana energi
psikik ditimbulkan, ditransfer dan disimpan. Rogers memandang organisme
terus menerus bergerak maju. Tujuan tingkahlaku bukan untuk mereduksi tegangan
enerji tetapi mencapai aktualisasi diri yaitu kecenderungan dasar organisme
untuk aktualisasi: yakni kebutuhan pemeliharaan (maintenance) dan
peningkatan diri (enhancement).
Rogers meyakini
adanya kekuatan yang tumbuh pada semua orangyang mendorong orang untuk semakin
kompleks, ekspansi, sosial, otonom, dan secara keselutuhan semakin menuju
aktualisasi diri atau menjadi Pribadi yang berfungsi utuh (Fully
Functioning Person)
Ada lima ciri
kepribadian yang berfungsi sepenuhnya:
- Terbuka untuk mengalami (openess to experience)
Orang yang terbuka untuk mengalami
mampu mendengar dirinya sendiri, merasakan mendalam, baik emosional maupun
kognitif tanpa merasa terancam. Mendengar orang membual menimbulkan rasa muak
tanpa harus diikuti perbuatan untuk melampiaskan rasa muak tersebut.
- Hidup menjadi (Existential living).
Kecenderungan untuk hidup sepenuhnya
dan seberisi mungkin pada seiap eksistensi. Disini orang menjadi fleksibel,
adaptable, toleran, dan spontan.
- Keyakinan Organismik (Organismic trusting)
Orang mengambil keputusan berdasarkan
pengalaman organismiknya sendiri, mengerjakan apa yang dirasanya benar sebagai
bukti kompetensi dan keyakinannya untuk mengarahkan tingkah laku. Orang mampu
memakai perasaan yang terdalam sebagai sumber utama membuat keputusan.
- Pengalaman kebebasan ( Experiental Freedom).
Pengalaman hidup bebas dengan cara yang diinginkan sendiri, tanpaperasan
tertekan atau terhambat. Orang itu melihat banyak pilihan hidup dan merasa
mampu mengerjakan apa yang ingin dikerjakannya.
- Kreatifitas (Creativity)
Merupakan kemasakan psikologik yang optimal. Orang dengan good life
kemungkinan besar memunculkan produk kreatif dan hidup kreatif.
Terapi yang Diberikan
Seperti disebutkan
di atas, bahwa Rogers menolak psikoanalisis Freud dan behavioris dalam
teorinya, sehingga terapi yang digunakannya juga berbeda. Rogers tidak
mempermasalahkan bagaimana klien menjadi seperti ini, namun lebih menekankan
bagaimana klien akan berubah. Terapis hanya menolong dan mengarahkan klien dan
yang melakukan perubahan adalah klien itu sendiri. Itulah sebabnya teori Rogers
disebut sebagai person-centered theory.
1.
Teori Rogers disebut humanis karena teori ini percaya
bahwa setiap individu adalah positif, serta menolak teori Freud dan behaviorisme.
2.
Asumsi dasar teori Rogers adalah kecenderungan
formatif dan kecenderungan aktualisasi.
3.
Diri (self) adalah terbentuk dari pengalaman
mulai dari bayi, di mana diri terdiri dari 2 subsistem yaitu konsep diri dan
diri ideal.
4.
Kebutuhan individu ada 4 yaitu : (1) pemeliharaan, (2)
peningkatan diri, (3) penghargaan positif (positive regard), dan (4)
Penghargaan diri yang positif (positive self-regard)
5.
Stagnasi psikis terjadi bila terjadi karena pengalaman
dan konsep diri yang tidak konsisten dan untuk menghindarinya adalah pertahanan
(1) distorsi dan (2) penyangkalan. Jika gagal dalam menerapkan pertahanan
tersebut konsep diri akan hancur dan menyebabkan psikotik.
6.
Dalam terapi, terapis hanya menolong dan mengarahkan
klien dan yang melakukan perubahan adalah klien itu sendiri.
Teori Roger dalam
bidang pendidikan adalah dibutuhkannya 3 sikap dalam fasilitator belajar yaitu
(1) realitas di dalam fasilitator belajar, (2) penghargaan, penerimaan, dan
kepercayaan, dan (3) pengertian yang empati.
-
Realitas di dalam fasilitator belajar
Merupakan sikap dasar yang penting. Seorang fasilitator menjadi dirinya
sendiri dan tidak menyangkal diri sendiri, sehingga ia dapat masuk kedalam
hubungan dengan pelajar tanpa ada sesuatu yang ditutup-tutupi.
-
Penghargaan, penerimaan, dan kepercayaan
Menghargai pendapat, perasaan, dan sebagainya membuat timbulnya
penerimaan akan satu dengan lainnya. Dengan adanya penerimaan tersebut, maka
akan muncul kepercayaan akan satu dengan lainnya.
-
Pengertian yang empati
Untuk mempertahankan iklim belajar atas dasar inisiatif diri, maka guru
harus memiliki pengertian yang empati akan reaksi murid dari dalam. Guru harus
memiliki kesadaran yang sensitif bagi jalannya proses pendidikan dengan tidak
menilai atau mengevaluasi. Pengertian akan materi pendidikan dipandang dari
sudut murid dan bukan guru.
Guru menghubungan
pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai seperti memperlajari
mesin dengan tujuan untuk memperbaikai mobil. Experiential Learning menunjuk
pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas belajar experiential
learning mencakup : keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi
oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas pada siswa.
Menurut Rogers
yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan
prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
1.
Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar
untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada
artinya.
2.
Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi
dirinya. Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan
ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa
3.
Pengorganisasian bahan pengajaran berarti
mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
4.
Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti
belajar tentang proses.
Dari bukunya
Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistik yang
penting diantaranya ialah :
a.
Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
b.
Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran
dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
c.
Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi
mengenai dirinya sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
d.
Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah
dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin
kecil.
e.
Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman
dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses
belajar.
f.
Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan
melakukannya.
g.
Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam
proses belajar dan ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
h.
Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa
seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan
hasil yang mendalam dan lestari.
i.
Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan,
kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas
diri dan mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara
kedua yang penting.
j.
Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia
modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus
menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai
proses perubahan itu.
Salah satu model
pendidikan terbuka mencakuo konsep mengajar guru yang fasilitatif yang
dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975 mengenai
kemampuan para guru untuk menciptakan kondidi yang mendukung yaitu empati,
penghargaan dan umpan balik positif. Ciri-ciri guru yang fasilitatif
adalah :
- Merespon
perasaan siswa
- Menggunakan
ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
- Berdialog dan
berdiskusi dengan siswa
- Menghargai
siswa
- Kesesuaian
antara perilaku dan perbuatan
- Menyesuaikan
isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera
dari siswa)
- Tersenyum
pada siswa
Dari penelitian
itu diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa, meningkatkan
angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik
termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang kurang disukai, mengurangi
tingkat problem yang berkaitan dengan disiplin dan mengurangi perusakan pada
peralatan sekolah, serta siswa menjadi lebih spontan dan menggunakan tingkat
berpikir yang lebih tinggi.
a. Guru Sebagai
Fasilitator
Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator. Berikut
ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas
fasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa
(petunjuk):
1. Fasilitator
sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok,
atau pengalaman kelas
2. Fasilitator
membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam
kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
3. Dia mempercayai
adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang
bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam
belajar yang bermakna tadi.
4. Dia mencoba
mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah
dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
5. Dia menempatkan
dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan
oleh kelompok.
6. Di dalam
menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi
yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi
dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok
7. Bilamana cuaca
penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat berperanan
sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan
turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang
lain.
8. Dia mengambil
prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya
dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil
secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa
9. Dia harus tetap
waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan yang dalam
dan kuat selama belajar
10. Di dalam berperan
sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk menganali dan
menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.
Aplikasi teori
humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang
mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran
humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan
motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru
memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk
memperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa berperan
sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya
sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri , mengembangkan potensi dirinya
secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
Tujuan
pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun
proses yang umumnya dilalui adalah :
- Merumuskan
tujuan belajar yang jelas
- Mengusahakan
partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas ,
jujur dan positif.
- Mendorong
siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif
sendiri
- Mendorong
siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara
mandiri
- Siswa di
dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri,
melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku yang
ditunjukkan.
- Guru menerima
siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai
secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala
resiko perbuatan atau proses belajarnya.
- Memberikan
kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
- Evaluasi
diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa
Pembelajaran
berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterpkan pada materi-materi
pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan
sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan
aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar
dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
Siswa diharapkan
menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan
mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak
orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.
Ciri-ciri guru yang baik dan kurang baik menurut Humanistik
Guru yang baik
menurut teori ini adalah : Guru yang memiliki rasa humor, adil, menarik, lebih
demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan mudah dan wajar.Ruang kelads
lebih terbuka dan mampu menyesuaikan pada perubahan.
Sedangkan
guru yang tidak efektif adalah guru yang memiliki rasa humor yang rendah
,mudah menjadi tidak sabar ,suka melukai perasaan siswaa dengan komentsr ysng
menyakitkan,bertindak agak otoriter, dan kurang peka terhadap perubahan yang
ada.
Humanistik tertuju pada masalah
bagaimana tiap individu dipengaruhi dan dan dibimbing oleh maksud-maksud
pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri.Teori
humanisme merupakan konsep belajar yang lebih melihat pada sisi perkembangan
kepribadian manusia. Berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan
kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut.
Teori humanisme ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.
Psikologi humanisme memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.
Teori humanisme ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.
Psikologi humanisme memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.
Prinsip- prinsip belajar humanistic:
1.
Manusia mempunyai belajar alami
2.
Belajar signifikan terjadi apabila materi plajaran
dirasakan murid mempuyai relevansi dengan maksud tertentu
3.
Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi
mengenai dirinya
4.
Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah
dirasarkan bila ancaman itu kecil
5.
Bila bancaman itu rendah terdapat pangalaman siswa
dalam memperoleh caar
6.
Belajar yang bermakna diperolaeh jika siswa
melakukannya
7.
Belajar lancer jika siswa dilibatkan dalam proses
belajar
8.
Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi
hasil yang mendalam
9.
Kepercayaan pada diri pada siswa ditumbuhkan dengan
membiasakan untuk mawas diri
10.
Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar
trims y infonya sangat membantu tp akan lebih baik jika tampilannya diperbaiki lagi soalnya terlalu contras dg tulisannya
BalasHapusboleh minta daftar pustakanya ga???
BalasHapusbuku sumbernya gak ada
BalasHapusTulisan yg bagus sangat konprehensif dan bermanfaat untuk perkembangan pribadi dan pola pikir manusia. Sedikit yg perlu diperbaiki pada konstruksi tulisan, gramatikal dan kesalahan ketik saja.
BalasHapusterimakasih atas infonya, saran aja buat di tambah daftar pustaka agar tidak terjadi plagiatnisme. terimakasih
BalasHapusterimah kasih sebelumnya ini sangat membantu. tpi saya sarankan kalau bisa tolong cantumkan jga daftar pustakanya
BalasHapussangat bagus tapi lebih bagus bahasanya harus mudah dipahami...
BalasHapusttp://http%3A%2F%2Fblog.binadarma.ac.id%2Fbabeyudi.wordpress.com
terima kasih,tetapi sedikit dilengkapi lagi
BalasHapushttp://http%3A%2F%2Fblog.binadarma.ac.id%2Fherisuroyo%2F.wordpress.com
trima kasih telah membantu bget buat saya
BalasHapusgak ada footnote dan daftar pustaka. kalo saya yang menjadi guru atau dosen pasti akan saya suruh buat ulang. sekian..
BalasHapus